Rabu, 25 Februari 2009

Radiologi Intervensional

Suatu hari seorang teman saya di US mengalami block kedua tuba falopii sehingga menyulitkannya untuk punya keturunan. Setelah berkonsultasi dengan dokter Obgyn, disarankan operasi pembukaan tuba (prosedur jelasnya, mungkin dokter Obgyn bisa bantu jelaskan). Tetapi kemudian, having second opinion, teman saya memutuskan untuk mencoba prosedur radiologi intervensi yang costnya lebih murah, selain itu lebih aman karena merupakan jenis intervensi non bedah.

Saya tidak tahu dengan di Indonesia, apakah sudah ada ahli di bidang ini. Dari kabar burung yang saya dengar, di UI katanya ada dokter radiologi yang sudah memiliki keahlian ini (tolong update saya bila ada yang mengetahui dengan pasti. Saya sendiri sedang berusaha menghubungi ahli radiologi intervensi di UK, dan bila ada respon akan langsung saya post ke blog) Tapi yang jelas bidang ini memang masih baru.

Di Amerika, Radiologi Intervensi adalah subspesialisasi untuk para radiolog. Prosedur yang mereka lakukan di antaranya:
  • angiografi dan angioplasti- prosedur yang dilakukan mirip dengan PTCA (percutaneus transluminal coronary angioplasty) yang dilakukan spesialis jantung dengan diiringi oleh pembacaan melalui alat imaging. Bedanya, dokter ahli radiologi intervensi dapat pula melakukannya di pembuluh darah organ selain jantung yang terblokir, seperti di kaki dan ginjal.
  • pemasangan stent - seperti yang juga sering dilakukan oleh dokter jantung, stent -kumparan kecil terbuat dari baik metal maupun non metal (plastik) yang muat dalam pembuluh darah- dimasukkan dalam pembuluh darah, agar tetap terbuka, setelah sebelumnya dibuka dengan metode balloning.
  • embolisasi - prosedur ini dilakukan untuk menghentikan pendarahan. Mirip dengan metode penambalan pipa bocor, dengan butiran-butiran kecil polyvinyl. Metode ini juga digunakan pada terapi kanker untuk mematikan pembuluh darah yang memberi makan sel-sel kanker/tumor.

  • gastrostomi tubes - memasang tube ke gaster bila seseorang tidak bisa makan dari mulut (saya kurang tahu bedanya metode ini dengan pemasangan NGT-nasogastric tube)
  • intravaskular ultrasound - Alat ultrasound dimasukkan ke dalam pembuluh darah, sehingga visualisasi pembuluh darah yang bermasalah menjadi lebih advance.

  • ekstraksi benda asing - tentunya ini untuk benda asing dalam tubuh yang sulit terjangkau dengan tangan (kalau ada biji kacang ijo masuk lubang hidung sih gak perlu pake radiologi intervensi, hehehe). Caranya diambil dengan memasukkan kateter dalam darah setelah sebelumnya dideteksi tempat benda asing itu dengan alat imaging.
  • needle biopsi - biopsi ini karena diiringi oleh alat imaging, memungkinkan untuk mengambil daerah yang bermasalah dengan tingkat akurasi jauh lebih tinggi dan tentunya less invasive karena hanya menggunakan jarum yang kecil.
  • injeksi clot-lysing agent - injeksi clot-lysing agents, seperti tissue plasminogen activator (TPA), dilakukan untuk melarutkan pembukaan yang ada di pembuluh darah. Prosedur ini ampuh pada kasus-kasus CHD (penyakit jantung koroner) dan stroke.
Saat ini banyak pasien yang lebih memilih metode intervensi radiologi. Karena memang jauh tidak mengerikan dibanding operasi terbuka. Luka yang disebabkannya pun kecil. Bila dengan pembedahan, pasien harus dirawat inap beberapa hari sampai minggu, maka dengan metode ini, hanya dalam kurun waktu beberapa jam saja pasien sudah bisa langsung pulang ke rumah.

1 komentar:

  1. Di Indonesia, Intervensi radiologi telah berkembang di beberapa senter pendidikan nasional, RSUD dr. Soetomo, RSPAD, dan beberapa rumah sakit swasta
    Jika ingin info lebih lanjut email : haris_ris@ymail.com

    BalasHapus

Blog Followers