Ada beberapa faktor yang diteliti, yang dianggap memiliki kaitan. Jangan lupa bahwa jenis dan efektifitas kontrasepsi juga harus dijadikan pertimbangan. Seperti penelitian yang dilakukan di Cina terhadap pasangan muda yang baru memiliki anak satu. Pada tahun pertama setelah kelahiran anak mereka, pasangan ini menggunakan metode kontrasepsi sederhana seperti koitus interuptus (senggama terputus), metode kalender, dan kondom. Angka aborsi 16 per 1000 perempuan. Pada tahun ke-5 banyak pasangan berganti pada IUD, suatu metode kontrasepsi yang jauh lebih efektif. Hasilnya didapati angka aborsi menurun mendekati nol! (lihat gambar di bawah).
Data ini juga didukung dengan kejadian di Turki. Dimana semenjak legalisasi aborsi di tahun 1983, angka aborsi memang meningkat tajam. Tetapi angka ini menurun terus setelah tahun 1988, dari 45 per 1000 perempuan menikah di tahun sama, menjadi 25 per 1000 di tahun 1998. Ternyata diketahui bahwa penurunan angka aborsi ini berhubungan dengan terjadinya pergeseran dari penggunaan kontrasepsi tradisional menjadi kontrasepsi modern.
Di Indonesia, data dari SDKI 2007 menyebutkan 61% perempuan menikah menggunakan kontrasepsi, dengan 57% di antaranya mengunakan kontrasepsi modern, hanya 4% yang memilih kontrasepsi tradisional. Kontrasepsi modern yang paling banyak digunakan saat ini adalah metode suntik, sebanyak 32% (kita akan membahas metode ini di kesempatan lain).
Dari hasil penelitian ini, penting untuk kita bersama sadari, bahwa pemerintah maupun sektor swasta harus terus bahu membahu mensosialisasikan kontrasepsi dengan menyediakan berbagai pilihan kontrasepsi yang efektif bagi masyarakat. Hal ini tidak hanya berpengaruh terhadap penurunan angka kelahiran atau tingkat populasi yang berkorelasi pada tingkat kesejahteraan masyarakat, tetapi juga menjadi suatu metode efektif dalam menekan tingkat aborsi yang merupakan suatu masalah sosial dan ekonomi bagi negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar